Friday, September 27, 2013

Semut dan Belalang

Sudah membaca cerita Pedagang Garam dan Keledai. Cerita dongeng di bawah ini masih berhubungan dengan perilaku tanggung jawab. Seekor belalang harus mendapat akibat yang tidak enak karena tidak mengerti tanggung jawab untuk dirinya sendiri: Ada waktu untuk bekerja dan waktu untuk bersenang-senang.



Pada saat musim panas, semut-semut sibuk bekerja mengumpulkan makanan. Sementara itu, di bawah pohon-pohon yang rindang, para belalang hanya asyik bermain musik. Ada yang meniup terompet, ada yang bermain gitar, ada ada yang menggesek biola.

Belalang yang bermain biola bertanya kepada semut, "Hai semut, kenapa engkau bekerja keras di hari sepanas ini?"

"Pada saat musim dingin, makanan akan sulit dicari dan ditemukan. Karena itu, kami mengumpulkan persediaan makanan sejak sekarang," jawab semut.

"Untuk apa terburu-buru? Musim dingin kan masih lama," kata belalang.

"Jika kamu menyia-nyiakan waktumu sekarang, kamu akan menyesal di kemudian hari," balas semut. Kemudian para semut kembali melanjutkan pekerjaannya.

Tak lama, musim dingin pun tiba. "Oh dingin sekali. Di mana bisa ku menemukan makanan," keluh belalang yang bermain biola.

Belalang berjalan dengan sempoyongan. Ia kelaparan dan hampir mau pingsan. Belalang lalu lewat di depan rumah para semut.

Belalang mengetuk pintu. Seekor semut muncul. Belalang memohon dengan amat sangat kepada semut agar ia diberikan sedikit makanan.

"Aku lapar sekali. Bolehkah aku meminta sedikit makanan?" tanya belalang.

"Sudah kukatakan padamu bahwa musim dingin akan sulit mendapatkan makanan. Apa saja yang sudah engkau lakukan di sepanjang musim panas?"

Belalang dengan menyesal menjawab, "Aku tidak memiliki waktu mengumpulkan makanan. Aku sangat sibuk membuat lagu. Sekarang, setelah aku sadar, musim panas sudah berlalu."

"Nah, sekarang mengapa tidak kau hilangkan rasa laparmu dengan lagu ciptaannmu itu?" jawab semut. Lalu semut menutup pintu, masuk kembali ke dalam rumah. Ia menolak memberikan makanan kepada belalang.

Belalang mendapat akibat dari kemalasannya. Karena malas, dia kelaparan sekarang.

Sumber Gambar: tx.english-ch.com

Disadur dari cerita Semut dan Belalang, oleh Shogo Hirata. Penerbit PT Elex Media Komputindo

Thursday, September 26, 2013

Cara Belajar yang Baik dalam Menghadapi Ulangan

Sumber Gambar: radiolaurier.com
Sudah masuk ke pertengahan bulan September dan tidak terasa sudah lewat tiga bulan anak-anak sekolah

Anak-anak sekolah mungkin sebagian sudah stres saat mendengar kata "ulangan". Tetapi, siap tidak siap, seorang siswa harus menjalani yang namanya ulangan.

Bagaimana sih cara belajar yang baik saat menghadapi ulangan? Kidtozz akan bagikan sebagian cara belajar yang baik dalam menghadapi ulangan:

1. Tahu bahan ulangan
Yang pertama tentu saja harus tahu bahan ulangan. Tanyalah kepada guru, materi-materi mana yang akan keluar saat ulangan. Bab berapa saja yang harus dipelajari? Dari mana saja guru akan membuat soal, apakah dari buku cetak atau dari buku catatan? Mengetahui bahan ulangan adalah salah satu persiapan belajar yang baik.

2. Belajar dengan menyicil
Bila bahan luar biasa banyak, jangan coba-coba belajar dengan sistem kebut semalam. Belajar dengan cara menyicil. Tiga hari sebelum ulangan, hendaknya sudah membuka buku dan mulai membaca bahan-bahan ulangan. Ingatlah, otak manusia bukanlah komputer. Kita tidak bisa menerima semua informasi sekaligus dalam sehari.

3. Gunakan cara kreatif dalam menghafal
Inilah modal penting dalam belajar. Jangan menghafal semua isi buku. Agar efisien, siswa hendaknya kreatif dalam mencari cepat menghafal. Misalkan, untuk kalimat yang panjang-panjang, gunakan kata-kata kunci atau kata-kata penting, untuk mengingat keseluruhan dari kalimat yang mau dihafalkan.


Siswa bisa juga memakai metode lain, misalkan menggunakan visualisasi, yaitu menghafalkan kalimat dengan cara membayangkannya menjadi gambar di dalam kepala. Metode lain yang bisa digunakan adalah repetisi (mengulang-ulang kalimat) atau menuliskan kembali apa yang perlu dihafalkan. Metode paling canggih adalah mind map, yaitu menghafalkan materi dengan membuat tulisan dan gambar yang dibuat berkaitan satu sama lain.

Contoh mind map tentang karakter bajak laut
Sumber gambar: blog.thinkbuzan.com
 

4. Fokus
Dalam belajar harus fokus kepada bahan ulangan. Hindari belajar sambil bermain-main atau nonton TV. Konsentrasi atau fokus kepada bahan yang dipelajari membuat kita lebih cepat mengingat.

5. Optimis
Belajar perlu sikap optimis, yaitu yakin kita bisa menghafal atau mengerti bahan ulangan. Sikap-sikap seperti cemas, grogi, tidak bersemangat hanya menimbulkan efek lebih sulit menguasai bahan yang diulangankan.

Monday, September 23, 2013

Bolo-Bolo

Pernah dengar kata bolo-bolo? Di akhir tahun '90-an, kata bolo-bolo sempat ngetren. Kata bolo-bolo dulu sering dipakai untuk mengatai anak yang gemuk :)

Kata bolo-bolo sendiri diambil dari lagu Tina Toon yang berjudul sama, Bolo-Bolo. Kayak apa sih lagunya? Silakan putar video di bawah ini.


Lagu Bolo-Bolo populer pada tahun 1999. Lagu Bolo-Bolo dinyanyikan oleh Tina Toon yang sekarang sudah beranjak dewasa dan tidak gemuk lagi :)

Thursday, September 19, 2013

Pedagang Garam dan Keledainya

Ini cerita dongeng yang dapat mendidik anak tentang tanggung jawab. Mencoba menghindar dari kewajiban (tanggung jawab) bisa mendapat hukuman. Seekor keledai berusaha tidak menjalankan tanggung jawabnya, yaitu membawa garam. Akhirnya ia mendapat balasannya. Bagaimana ceritanya? Simak di bawah ini.



Di sebuah desa ada seorang pedagang garam. Ia setiap harinya membeli garam dari kota terdekat lalu menjualnya di kota lain. Si pedagang garam ini mempunyai seekor keledai yang ditugaskan untuk membawa muatan garam di punggungnya. Si pedagang garam dan keledai setiap harinya harus melewati sungai kecil untuk menjual garam.

Selama perjalanan, si pedagang dan keledai selalu melewati sungai tanpa terjatuh. Namun, pada suatu hari, ketika melewati sungai, secara tidak sengaja keledai milik si pedagang terpleset sehingga jatuh ke dalam sungai. Sebagian garam kemudian jatuh berhamburan ke dalam sungai. Ketika si keledai mencoba berdiri, ia kemudian merasakan punggungnya terasa lebih ringan karena muatannya berkurang. Keledai itu pun merasa gembira karena perjalanannya menjadi lebih enteng.

Sejak saat itu, setiap kali melewati sungai, si keledai selalu membiarkan dirinya secara sengaja untuk terjatuh ke dalam sungai. Si keledai ini melakukannya berkali-kali sampai si pedagang garam ini merasa curiga.

Pada suatu hari, tanpa sepengetahuan keledainya, si pedagang garam ini membeli beberapa bungkus kapas, lalu meletakkannya di punggung keledai. Si keledai kali ini merasa muatannya lebih ringan dari biasanya. Akan tetapi, ia tetap berpikir," Hari ini, aku akan terpleset lagi dan muatan di punggungku akan menjadi terasa lebih ringan."

Seperti biasanya, saat melewati sungai, si keledai membiarkan dirinya terjatuh dengan sengaja ke dalam sungai. Namun, yang terjadi selanjutnya... saat si keledai mencoba untuk berdiri, muatan di punggungnya membuat ia terjatuh lagi. Ternyata, kapas-kapas muatannya itu menyerap air dan membuatnya menjadi lebih berat.

Si pedagang memberikan pukulan keras kepada keledainya agar keledai tersebut bangkit dan berjalan lagi. Si keledai itu pun terpaksa melanjutkan perjalanan dengan beban lebih berat di punggungnya. Sejak saat itu, keledai tersebut tidak pernah berani lagi secara sengaja terjatuh ke dalam sungai.

Sumber gambar: www.partners-edu.com

Wednesday, September 11, 2013

Mendidik Anak Untuk Punya Rasa Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan sikap untuk menerima akibat yang muncul karena perbuatan kita sendiri. Tanggung jawab juga merupakan sikap untuk melaksanakan kewajiban kita dengan sepenuh hati. Dengan memiliki rasa tanggung jawab, saat seorang anak kelak beranjak dewasa, dia akan menjadi anak yang berani mengakui kesalahan, tidak cengeng, tidak manja, dan mandiri. Di lingkungan masyarakat, orang yang bertanggung jawab adalah orang yang dapat diandalkan dan dipercaya.

Rasa tanggung jawab bukan sifat keturunan (genetik), melainkan sifat yang dapat dididik. Oleh karena itu, anak-anak perlu dibiasakan sejak kecil untuk memiliki rasa tanggung jawab. Memang tidak mudah pada awalnya mengajari anak untuk bertanggung jawab. Mengingat pentingnya rasa tanggung jawab untuk masa depan anak, sebagai orangtua haruslah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat anak mengerti tentang rasa tanggung jawab.

Berikut adalah beberapa cara untuk mendidik anak memiliki rasa tanggung jawab:

1. Jadilah teladan
Pertama-tama, orangtua perlu menjadi teladan yang baik bagi anak-anak untuk mengajari apa itu tanggung jawab. Menjadi orangtua yang bertanggung jawab adalah menjadi orangtua yang mencukupi kebutuhan anak. Selain itu, peduli dan peka terhadap perkembangan anak.

2. Beri tugas yang dapat dikerjakan anak dengan sendirinya
Ketika anak sudah mengerti nasihat orangtua, contoh sederhana mendidik anak bertanggung jawab, seperti meminta anak menyusun buku sendiri, mandi sendiri, berpakaian sendiri, mengerjakan PR tanpa disuruh, atau merapikan mainan setelah habis bermain. Mungkin akan terasa sulit pada awalnya. Anak mungkin akan mengerjakan apa yang diminta dengan ogah-ogahan. Bersabarlah. Orangtua dapat memberikan bantuan dalam kadar tertentu. Setelah anak terbiasa, biarkan anak mengerjakannya sendiri dan orangtua hanya perlu memeriksa atau mengawasi.

3. Beri teguran atau hukuman
Saat anak lupa atau tidak melaksanakan tugas atau kewajibannya, beri teguran. Untuk kelalaian yang lebih parah, dapat diberikan hukuman. Hal ini dapat mengajari anak bahwa ketika orang lalai melaksanakan suatu tugas akan menerima konsekuensi yang tidak enak baginya.

4. Beri pujian
Sebaliknya, beri pujian, seperti, “Anak pintar, anak baik” kepada anak yang telah berhasil melaksanakan tugas-tugasnya dengan penuh rasa tanggung jawab.

Monday, September 9, 2013

Si Nyamuk Nakal

Kidtozz mau memutarkan video lagu yang dulu sempat booming di era tahun 90-an. Cerita di dalam lagunya adalah ada banyak nyamuk, semut, tikus, dan lalat di dalam kamar. Wah, kenapa ya? Malas bersih-bersih...

Itulah akibatnya malas bersih-bersih, jadinya digoda oleh hewan-hewan kotor. Makanya, Adik-adik rajin-rajin membersihkan rumah. Terlebih lagi, mari tetap menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan sekitar.





Lagu Si Nyamuk Nakal populer pada tahun 1993. Lagu ini dibawakan oleh penyanyi cilik, Enno Lerian yant punya nama lengkap Dwi Retno Rahastri Lerian.

Friday, September 6, 2013

Malin Kundang

Tidak ingat pada orangtua, tidak membalas kebaikan orangtua, apalagi tidak mengakui orangtua adalah anak durhaka. Anak durhaka akan mendapat kesialan... dan ini terjadi pada Malin Kundang.

Di suatu desa terpencil ada sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatera Barat. Keluarga tersebut terdiri dari Ayah, Ibu, dan seorang anak laki-laki bernama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, Sang Ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan luas. Ayah Malin Kundang tidak pernah kembali ke kampung halamannya sehingga Ibunya harus menggantikan posisi Ayah Malin Kundang untuk mencari nafkah.

Malin Kundang termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin Kundang sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya terluka. Luka tersebut menjadi berbekas di lengan kanannya dan tidak pernah bisa hilang.

Semakin dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan Ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Malin Kundang lalu memutuskan untuk pergi merantau agar dapat menjadi kaya raya.
Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah kembali setelah pergi merantau. Akan tetapi, Malin Kundang tetap bersikeras sehingga akhirnya Ibunya rela melepas Malin Kundang pergi merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar. “Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi seseorang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, Nak”, pesan Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata.

Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang diserang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang beruntung, Dia selamat dari pembunuhan itu karena sempat bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu sehingga tidak dibunuh oleh para bajak laut.

Malin Kundang terkatung-katung di tengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan tenaga yang tersisa, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Desa tempat Malin Kundang terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.

Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada Ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, Ibu Malin setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin Kundang dan istrinya melakukan pelayaran disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Limdamh yang melihat kedatangan kapal itu ke dermaga melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya, Malin Kundang beserta istrinya.

Ibu Malin Kundang pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, Ibunya melihat bekas luka di lengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah Ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang, puteranya.
"Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang.

Tapi, apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. “Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku”, kata Malin Kundang kepada Ibunya. Malin Kundang berpura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan Ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping.

Sumber Gambar: kapanlagi.com
“Wanita itu ibumu?” tanya istri Malin Kundang.

“Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai Ibuku agar mendapatkan hartaku”, sahut Malin kepada istrinya.

Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, Ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, Ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku kutuk dia menjadi sebuah batu”.

Tidak berapa lama kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah perjalanan datang badai dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berubah menjadi sebuah batu karang. Sampai saat ini Batu Malin Kundang masih dapat dilihat di sebuah pantai bernama pantai Air Manis, di selatan kota Padang, Sumatera Barat.

Disadur dari wikipedia dan kumpulan dongeng

Dongeng dari Sumatera Barat