Friday, July 19, 2013

Aladdin

Zaman dahulu kala di kota Persia, hiduplah seorang laki-laki bernama Aladdin. Aladdin tinggal berdua bersama Ibunya. Pada suatu ketika, rumah Aladdin dikunjungi oleh seorang pria yang mengaku sebagai paman Aladdin.

"Aladdin, aku adalah kakak dari Ayahmu yang sudah lama meninggal. Aku adalah Pamanmu dan kamu adalah keponakan," kata pria itu.

Aladdin terkejut mendengarnya. Begitu pun, Ibunya.

"Aku baru tahu Suamiku memiliki seorang Kakak," kata Ibu Aladdin.

Karena sifat baik Aladdin, pria itu berencana menjadikan Aladdin sebagai saudagar kaya raya. Maka, pergilah keesekona harinya Aladdin dan pria itu ke luar kota.

Aladdin dan pria itu lalu tiba di sebuah bukit.

"Apa yang akan kita lakukan di bukit ini, Paman?" tanya Aladdin.

"Jangan banyak bertanya! Diamlah!" ucap pria itu dengan galak.

Aladdin pun terkejut dengan perubahan sikap pria itu. Lalu, pria itu tertawa.

"Hahaha. Aku bukanlah Pamanmu. Aku adalah penyihir dari negeri Afrika. Jangan coba membangkang atau kau akan kubunuh."

Aladdin lalu diam ketakutan. Penyihir itu kemudian mengucap sebaris mantera. Mendadak, terbukalah sebuah gua di dasar tanah. Di dalam gua itu terdapat sebuah anak tangga yang mengarah ke dasar gua.

Penyhir itu memberi perintah kepada Aladdin, "Ayo kau turun! Turuni anak tangga ini dan ambilkan lampu minyak yang ada di dasar gua."

"Aku  tak mau! Aku takut!" jerit Aladdin ketakutan.

Lalu Penyihir itu mengeluarkan sebuah cincin ajaib.

"Ambil cincin ini! Cincin ini dapat melindungimu. Nah, sekarang cepat turun sebelum pintu gua ini tertutup lagi!"

Aladdin memakai cincin ajaib itu di jarinya, kemudian dengan gemetar menuruni anak tangga satu per satu. Di dasar gua, Aladdin melihat banyak sekali pohon permata. Ia lalu memetik permata-permata itu.

Seperti yang dikatakan penyihir itu, ada sebuah lampu minyak. Lampu minyak berwarna kuning keemasan dan terlihat sangat kotor. Aladdin mengambil lampu itu.

Pintu gua telah tertutup sebagian. Penyihir itu menjadi tidak sabaran.

"Cepat, serahkan lampu itu!" teriak si penyihir.

"Tidak bisa! Aku tidak bisa keluar. Buka pintunya dulu!" balas Aladdin.

"Serahkan lampu itu dulu, baru kubukakan pintunya untukmu!" perintah si penyihir.

Mereka berdua terus berdebat sampai akhirnya pintu gua itu tertutup dengan sendirinya.

Aladdin mencoba mendorong pintu batu itu, tetapi pintu tidak bergerak sedikit pun. Aladdin terduduk di tangga batu dengan sedih. Ia tak tahu di mana ia menemukan jalan keluar. Ia kelaparan, Ia juga teringat dengan Ibunya. Karena kedinginan, ia lalu menggosokkan kedua tangannya. Tidak sengaja, cincin ajaib yang diberikan penyihir itu ikut tergosok.

Tiba-tiba, muncul asap tebal di hadapan Aladdin. Dari balik asap, muncullah sesosok raksasa.

"Keinginanmu adalah perintah bagi hamba," kata si raksasa itu dengan suara menggelegar.

Aladdin justru ketakutan setengah mati melihat raksasa yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Maafkan hamba, Tuan. Hamba tak maksud mengagetkan Tuan. Hamba adalah Jin Cincin. Karena tadi Tuan menggosok cincin yang ada di jari Tuan, maka hamba pun keluar."

Aladdin kemudian menjadi tenang setelah mendengar penjelasan Jin Cincin. Aladdin memerintahkan Jin Cincin mengeluarkan ia dari gua ini dan membawanya pulang.

Jin Cincin itu dengan kekuatan super menghancurkan pintu gua batu itu. Aladdin pun berhasil keluar dari gua ini. Lalu, Jin Cincin menaikkan Aladdin ke punggungnya dan melesat ke angkasa. Jin Cincin menurunkan Aladdin tepat di depan rumahnya.

"Kalau masih ada Tuan yang inginkan, gosoklah cincin itu lagi." Setelah berkata demikian, Jin Cincin itu lalu menghilang.

Aladdin lalu menceritakan apa yang dialaminya kepada Ibunya, termasuk memperlihatkan lampu minyak kotor itu.

"Mengapa penyihir itu sangat menginginkan lampu minyak yang terlihat sangat kotor ini?" kata Ibu Aladin.

Ibu Aladin mengambil kain dengan maksud membersihkan lampu minyak itu. Digosok-gosokkan lampu minyak itu dengan kain.

Tiba-tiba asap tebal muncul di hadapan Aladdin dan ibunya. Dari balik asap itu, muncul kembali sesosok raksasa.

"Keinginanmu adalah perintah bagi hamba," kata si raksasa itu dengan suara menggelegar.

Ibu Aladdin terkejut dan ketakutan. Tetapi, Aladdin yang sudah berpengalaman dengan Jin Cincin, segera saja memberi perintah, "Berikan kami makanan." Dalam sekejap, si raksasa membawakan makanan yang lezat ke hadapan Aladdin dan Ibunya.

Lampu minyak yang dibawa Aladdin rupanya adalah lampu ajaib. Jin yang tinggal di dalam lampu itu disebut dengan Jin Lampu. Kehadiran Jin Lampu itu membawa perubahan besar dalam hidup Aladdin.



Suatu hari Aladdin melihat puteri raja yang lewat di hadapannya. Aladdin jatuh cinta kepada sang puteri dan bermaksud menikahinya. Ibu Aladdin mendengar keinginan Aladdin lalu mencoba mengabulkannya.

Ibu Aladdin kemudian membawa permata-permata yang dikumpulkan Aladdin ke hadapan raja.

"Baginda, permata-permata ini adalah hadiah dari anak laki-lakiku untuk puteri Baginda."

Raja gembira melihatnya. "Puteramu pastilah pangeran tampan. Aku dan puteriku ingin sekali menemuinya."

Mendengar baginda raja ingin menemui Aladdin, Aladdin memerintahkan Jin Lampu membawakan istana yang megah.

Saat baginda raja dan puteri raja berkunjung ke tempat tinggal Aladdin, mereka takjub melihat istana yang megah dan indah. Tidak perlu menunggu lama, Aladdin dan puteri raja lalu menikah dan mereka hidup bahagia.

Tetapi, penyihir dari negeri Afrika tidak bahagia dengan kehidupan Aladdin. Dia bermaksud mengambil kembali lampu ajaib yang dulu pernah ia idamkan.

Penyihir itu lalu kembali kota Persia. Di kota itu, ia menyamar sebagai penjual lampu dan berjualan di depan istana Aladdin.

"Tukarkan lampu lama Anda dengan lampu baru," teriaknya.

Tuan Puteri mendengar teriakan itu. Karena tidak mengetahui kesaktian lampu Aladdin, Tuan Puteri menukarkan lampu ajaib Aladdin yang usang itu kepada si penjual lampu.

Penyihir itu tersenyum senang mendapatkan kembali lampu ajaib itu. Ia menggosok lampu itu dan keluarlah Jin Lampu. Ia memerintahkan Jin Lampu membawa istana Aladdin beserta Tuan Puteri ke negeri Afrika.

Ketika Aladdin pulang, ia terkejut melihat istananya telah hilang. Aladdin memanggil Jin Cincin dan bertanya apa yang terjadi.

"Ini perbuatan penyihir dari negeri Afrika dan Jin Lampu," jawab Jin Cincin.

Aladdin memerintahkan Jin Cincin mengembalikan istananya, tetapi Jin Cincin mengatakan bahwa ia tidak bisa menyanggupi permintaan Aladdin.

"Maafkan hamba, Tuan. Hamba tidak bisa. Tenaga dan kekuatan Jin Lampu lebih besar dari hamba."

"Baiklah, kalau begitu terbangkan aku ke Afrika dan biarkan aku yang mengambil lampu itu kembali," perintah Aladdin.

Jin Cincin lalu membawa Aladdin ke istananya yang sudah dipindahkan ke Afrika. Aladdin mengendap-endap ke dalam istana dan bertemu kembali dengan Tuan Puteri. Aladdin pun mendapatkan kembali lampu ajaibnya. Ia segera memanggil Jin Lampu.

"Keinginanmu adalah perintah bagi hamba," sahut Jin Lampu.

"Kalahkan penyihir jahat itu," perintah Aladdin.

Jin Lampu menemui si penyihir dan mereka bertarung satu sama lain. Namun, kesaktian Jin Lampu lebih kuat sehingga penyihir itu mati di tangan Jin Lampu.

Aladdin memerintahkan Jin Lampu memindahkan istananya dari Afrika ke Persia. Aladdin dan Tuan Puteri lalu hidup bahagia selama-lamanya.

Dongeng dari Timur Tengah
Disadur dari cerita Aladin dan Lampu Ajaib, oleh Shogo Hirata. Penerbit PT Elex Media Komputindo.

No comments:

Post a Comment