Friday, July 12, 2013

Puteri Kaguya

Sumber gambar: web-japan.org
Pada zaman dahulu kala, hiduplah sepasang kakek dan nenek pengrajin bambu. Sehari-hari mereka
membuat keranjang dari bambu. Setiap pagi Kakek pergi ke hutan bambu untuk menebang bambu. Suatu hari, Kakek menemukan bambu yang bersinar terang. Kakek merasa heran dengan bambu itu, kemudian ia menebangnya. Dari dalam bambu itu, terdapat seorang bayi perempuan yang cantik. Kakek lalu membawa pulang bayi itu.

"Nek, lihatlah! Aku menemukan bayi perempuan cantik ini di dalam bambu," kata Kakek kepada Nenek.

"Wah, iya. Ia sangat cantik," kata Nenek.

Kakek dan Nenek lalu merawat dan membesarkan bayi itu seperti anak mereka sendiri. Kehadiran bayi perempuan itu segera memberikan keberuntungan untuk Kakek dan Nenek. Setiap hari Kakek selalu menemukan emas berlimpah dari dalam batang bambu. Kakek dan Nenek menjadi kaya raya. Dengan emas-emas itu, Kakek dan Nenek membeli anak mereka dengan baju-baju yang bagus dan indah.

Lambat laun, anak Kakek dan Nenek tumbuh menjadi seorang puteri yang cantik jelita. Rambutnya hitam panjang dan kulitnya bersinar-sinar. Puteri itu kemudian dipanggil oleh masyarakat dengan nama Puteri Kaguya.

Kecantikan Puteri Kaguya terdengar sampai penjuru negeri. Banyak pemuda ingin menikah dengan Puteri Kaguya, dari bangsawan sampai rakyat biasa, tetapi semuanya ditolak oleh Puteri Kaguya. Hingga tinggal lima orang pemuda yang berusaha menikah dengan Puteri Kaguya.

Kakek lalu membujuk Puteri Kaguya untuk memilih satu dari lima pemuda itu. Puteri Kaguya setuju dengan permintaan Kakek asal dengan syarat tertentu. "Aku akan menikahi seseorang yang mampu membawakanku benda-benda yang kuinginkan," kata Puteri Kaguya kepada kelima pemuda itu.

Pemuda pertama, seorang pengrajin batu pergi mencari mangkuk Sang Buddha yang ada di India. Namun, karena India sangatlah jauh, pemuda ini tidak jadi ke India. Pemuda ini lalu mengambil sebuah mangkuk yang ada di jalan. Pengrajin batu ini lalu memperlihatkannya kepada Puteri Kaguya. Puteri Kaguya tertawa melihat mangkuk itu.

"Aduh, mangkuk itu kotor dan jelek sekali. Mangkuk Sang Buddha yang asli pasti mengeluarkan cahaya emas berkilauan. Selain itu, mengapa kulitmu tetap putih walaupun kamu sudah pergi ke India yang panas," kata Puteri Kaguya. Pemuda pengrajin batu itu lalu pulang dengan perasaan malu.

Pemuda kedua adalah seorang pemilik gudang. Ia berangkat mencari sebuah pohon zamrud yang ada di sebuah gunung yang jauh sekali. Namun karena tidak menemukannya, ia meminta para pengrajin membuatkan pohon zamrud palsu. Pemilik gudang ini lalu mendatangi Puteri Kaguya sambil membawa pohon zamrud palsu itu. Sesampainya di rumah Puteri Kaguya, pemilik gudang ini malah dikejar-kejar oleh para pengrajin karena ia belum membayar lunas pohon zamrud yang dimintanya. Pemuda ini lalu lari karena malu.

Pemuda ketiga adalah seorang saudagar kaya. Ia harus mendapatkan mantel kulit dari tikus api dari negeri yang jauh. Sama juga dengan si pemuda pertama dan kedua, pemuda ketiga tidak mencari benda yang asli, ia justru membeli dari seseorang. Pemuda ketiga ini lalu menemui Puteri Kaguya.

"Jika mantel ini asli, ia tidak akan terbakar meski dimasukkan ke dalam api."

Mantel itu lalu dimasukkan ke dalam tungku, dan ternyata mantel itu terbakar. Pemuda saudagar kaya ini lalu pulang dengan kecewa.

Pemuda keempat adalah seorang bangsawan. Ia pergi mencari permata naga. Bangsawan itu berangkat dengan kapalnya, namun di tengah perjalanannya, laut berubah menjadi ganas. Kapalnya nyaris tenggelam. Ia pun memutuskan menyerah mencari permata naga.

Pemuda kelima juga seorang bangsawan. Ia pergi mencari sarang burung walet. Ketika pemuda ini menemukan sarang burung walet di atap sebuah kuil, ia lalu memanjat. Sayangnya, ia jatuh terpleset. Ia jatuh dan pinggangnya patah. Akhirnya, kelima pemuda gagal mendapatkan Puteri Kaguya.

Kali ini Kaisar yang hendak melamar Puteri Kaguya menjadi permaisurinya. Kakek dan Nenek sangat senang mengetahuinya. Namun, Puteri Kaguya justru menjadi sedih. Ia setiap malam selalu memandangi bulan yang bersinar terang sambil menangis.

Puteri Kaguya lalu menceritakan siapa diri sebenarnya di depan Kakek dan Nenek.

"Sebenarnya aku berasal dari bulan. Nanti pada saat bulan purnama, akan ada orang-orang yang menjemputku."

Kakek dan Nenek sedih mendengar bahwa Puteri Kaguya akan pergi meninggalkan mereka. Kakek lalu menyampaikan identitas Puteri Kaguya ke hadapan Kaisar. Kaisar kemudian mengutus para pengawalnya untuk menahan Puteri Kaguya untuk tetap di bumi.

Di saat bulan purnama, turunlah para utusan Puteri Kaguya dari bulan. Para pengawal mencoba melepas anak panah namun sinar terang membuat mata para pengawal menjadi silau. Gagal lah para pengawal menahan Puteri Kaguya.

Puteri Kaguya lalu kembali ke bulan dengan menaiki kereta yang telah disiapkan para utusannya. "Kakek, Nenek. Selamat berpisah. Aku tak akan melupakan jasa Kakek dan Nenek."

Puteri Kaguya tak lupa memberikan hadiah kepada Kaisar berupa obat hidup kekal. Namun, tanpa Puteri Kaguya, Kaisar merasa tidak perlu meminum obat itu. Kaisar meminta obat itu dibakar di puncak gunung tertinggi. Kabarnya, gunung tempat dibakarnya obat pemberian Puteri Kaguya kini dikenal sebagai Gunung Fuji.

Sementara itu, setiap kali bulan purnama bersinar, Kakek dan Nenek selalu teringat kepada Puteri Kaguya.

Sumber gambar: angelinatiffany28.blogspot.com

Dongeng dari Jepang
Disadur dari cerita Putri Kaguya, oleh Shogo Hirata. Penerbit PT Elex Media Komputindo.

No comments:

Post a Comment