Friday, August 16, 2013

Legenda Danau Toba

Di suatu desa di wilayah Sumatera Utara hiduplah seorang petani bernama Toba. Pak Tona adalah petani yang tekun bekerja dan bersahaja. Ia tinggal sendirian, meskipun sudah saatnya ia berkeluarga.

Di suatu pagi, Pak Toba pergi memancing ikan di sungai. Tak disangka, ia mendapatkan ikan yang besar. Ikan itu juga memiliki sisik yang berwarna kuning keemasan.


Pak Toba sangat takjub melihat keindahan ikan itu. Pak Toba sudah berpikir bahwa ikan tersebut pasti terasa lezat untuk disantap. Namun, tiba-tiba saja ikan itu berteriak, "Tolong, aku mohon engkau jangan bunuh aku! Bawalah aku ke rumah dan tinggalkan aku sendirian dan engkau akan mendapat keberuntungan!"



Pak Toba terkejut mendengar suara merdu yang keluar dari mulut si ikan. Karena ia percaya dengan perkataan si ikan, Pak Toba lalu membawa pulang ikan tersebut dan meletakkannya di dalam tempayan yang berada di dapur.

Keesokan harinya, Pak Toba heran sekali karena melihat begitu banyak koin emas di dapurnya. Sementara itu, ikan tangkapannya telah lenyap dari tempayan. Ketika Pak Toba masuk ke kamarnya, ia sangat terkejut melihat seorang gadis cantik berdiri di hadapannya.

"Jangan takut. Aku bukan setan. Aku adalah puteri jelmaan ikan," kata gadis itu.

Gadis itu juga menjelaskan bahwa koin-koin emas berasal dari sisiknya. Gadis itu mengucapkan terima kasih banyak ke Pak Toba karena tidak jadi membunuhnya.

"Bila engkau punya keinginan, katakan saja. Aku bersedia mengabulkannya," lanjut perkataan gadis itu.

Pak Toba telah lama hidup sendirian. Ia mengatakan bahwa keinginannya adalah memiliki seorang istri. Gadis itu mengabulkan keinginan Pak Toba dan bersedia menjadi istrinya. Namun, gadis itu meminta Pak Toba berjanji untuk tidak boleh menceritakan asal-usul bahwa dirinya adalah puteri jelmaan ikan. Bila janji itu dilanggar, maka dapat terjadi bencana yang dahsyat. Pak Toba bersedia menepati janji itu.



Setelah menikah, Pak Toba dan si gadis dikaruniai seorang putera bernama Samosir. Samosir tidak seperti Pak Toba yang rajin. Ia tumbuh menjadi lelaki yang pemalas. Samosir juga memiliki kebiasaan yang aneh, yaitu mudah lapar. Akibatnya, ia menjadi anak yang rakus. Tabiat Samosir ini seringkali membuat jengkel Pak Toba. Namun, Ibunya selalu mengingatkan Pak Toba untuk bersabar.

Pada suatu hari Samosir diminta Ibunya untuk mengantarkan makanan untuk Ayahnya yang sedang bekerja di ladang. Namun, karena di tengah jalan Samosir kelaparan, ia malah menghabiskan makanan tersebut.

Ketika Pak Toba hanya menerima makanan sisa dari Samosir, meledaklah amarah Pak Toba.

"Dasar anak tak tahu diuntung! Tidak tahu diri! Dasar anak ikan," umpat Pak Toba sembari menjewer telinga Samosir. Pak Toba tanpa sadar telah mengucapkan kata yang seharusnya tak boleh disebut.



Samosir pulang ke rumah tersedu-sedu melapor apa yang diperbuat Ayahnya kepada Ibunya. Ibunya sedih sekali mendengar Pak Toba telah melanggar janjinya bahwa ia tak boleh menyebut asal-usul dirinya.

Si gadis meminta Samosir cepat-cepat menuju ke daratan yang tinggi karena sebentar lagi akan muncul bencana besar akibat Ayahnya ingkar janji. Benar saja, tiba-tiba meluap air yang sangat deras yang menenggelamkan seluruh desa, termasuk rumah Pak Toba. Pak Toba sendiri hanyut dibawa luapan air dan hanya bisa menyesali janji yang telah dilanggarnya. Si gadis terjun ke dalam air dan kembali menjelma menjadi seekor ikan.

Luapan air itu semakin lama semakin luas sehingga membentuk sebuah danau yang kemudian diberi nama Danau Toba. Sementara itu, daratan tinggi, tempat di mana Samosir menyelamatkan diri membentuk sebuah pulau yang lalu diberi nama Pulau Samosir.

Dongeng dari Indonesia (daerah Sumatera Utara)
Sumber gambar: folktalesnusantara.blogspot.com

No comments:

Post a Comment